Pages

 

Friday, 27 May 2011

DUA SEJOLI

0 comments

“Jangan salahkan cinta, tapi salahkanlah mereka yang menyalahgunakan cinta hingga berbuat dosa” (syaikh Ibnu Taimiyah)

Kehidupan cinta memang selalu menarik untuk dibahas, berbagai media selalu mempertontonkan percintaan, puisi – puisi cinta selalu menjadi buruan para pecandu cinta dimanapun berada. Entah dengan buka – buka di halaman di internet, hingga minta dibikinin ama yang udah jago neh (walah… jago, emang ayam..hehehe…) tapi ini semua emang nyata kok, bahkan di jaman sekarang anak SMA kalau tidak punya pacar, dicap sebagai orang yang tidak laku (nah loh,, jualan kaliii nda laku..), yang bikin tambah miris lagi, anak – anak SMP bahkan SD sudah pada kenal pacaran. Malahan neh ya,, mereka itu sudah saling saing – menyaingi kayak balap motor tuh salip sana - salip sini.

Okelah cukup sampai disini ngomongin orang yang lagi jatuh cinta, apalagi para remaja – remaji semakin susah, buntut – buntutnya berantem deh. Tapi mungkin akan sedikit berbeda dengan si Yudi dan si Wati. Si Yudi adalah anak muda yang pintar, sholeh dan baik lah pokoknya. Sedangkan si Wati ini termasuk wanita yang sholeha, pandai menjaga pergaulan dan tertutup. Wati dikatakan tertutup dikarenakan dia hanya bergaul dengan teman wanita saja, bergaul dengan teman laki – laki buat wati adalah sangat tidak mungkin karena bagi dia bergaul dengan laki – laki yang bukan mahram adalah dosa menurut agamanya. Baik yudi maupun wati, keduanya merupakan manusia yang bisa menjaga diri, pandangan dan agamanya.

Awalnya baik si yudi maupun si wati tidak pernah saling mengenal, hingga suatu hari ada seseorang yang memperkenalkan mereka. Maksud dari perkenalan tersebut sebenarnya sudah jelas yakni keduanya diharapkan akan dapat saling mengenal dan akhirnya ke jenjang berikutnya yaitu menikah. Pada saat perkenalan itu terjadi, tidak banyak kata yang terucap dari mulut mereka, masing – masing hanya diam dan sedikit menebar senyum untuk menghilangkan rasa canggung. Yang banyak bicara adalah orang yang memperkenalkan mereka. Umumnya orang yang memperkenalkan antara dua orang, maka yang diceritakan hanyalah yang baik – baik semua,  seolah – olah mereka itu tidak ada cacatnya sama sekali. Nah seperti itu pula yang dilakukan oleh orang yang memperkenalkan antara yudi dan wati. Pokoknya semua yang diceritakan adalah hal – hal yang berbau positif (maksudnya positif tinking kali yah?). tapi memang itulah yang terjadi.

Nah seminggu berjalan setelah perkenalan itu, ternyata di hati keduaya yaitu di hati yudi dan wati tumbuhlah rasa cinta yang terpendam. Rasa yang begitu besar dari hati yang baru sekali mengenal cinta, hati yang begitu rindu untuk mencurahkan segala rasa yang selama ini terpendam begitu dalam di dasar palung hati mereka. Namun diantara keduanya belum bisa mengungkapkan satu sama lain, dikarenakan memang keduanya belum ahli dalam hal mengungkapkan cinta. Akhirnya, gelagat anehpun timbul dalam keseharian mereka berdua, si wati yang biasanya cuek, sama sekali tidak pernah memperhatikan penampilan, tiba – tiba jadi sering merias diri, sering bercermin, dan kelihatan cerah di wajahnya (maksudnya rona ceria, J). Begitu pula dalam keseharian si yudi, dia tampak lebih bersemangat dalam bekerja, sering cuci muka dengan sabun (karena sebelumnya hanya berwudhu dengan air biasa, ini ko aneh, jadi pake sabun juga buat cuci muka. Hahaha…). Pokoknya keduanya saling berubah dalam kehidupak keseharianya.

Suatu ketika hari yang mencerahkan itupun tiba. Orang yang memperkenalkan mereka datang menemui si yudi. Dia menceritakan perihal perubahan sikap si wati semenjak bertemu dan diperkenalkan dengan si yudi. Dari tingkah lakunya bisa ditebak kalau si wati itu sedang jatuh cinta, dian dia jatuh cinta sama si yudi, kata orang tersebut. Mendengar cerita tersebut, si yudi jadi tidak ragu lagi mengatakan bahwa si yudi pun sangat mencintai si wati, namun dia tidak tahu bagaimana mengungkapkanya. Akhirnya terkuaklah perasaan diantara mereka bahwa memang mereka sudah saling mencintai

Berita bahwa keduanya sudah saling mencintai terdengar juga di telinga kedua orang tua si wati. Dan kedua orang tua si wati ingin mengetahui, seperti apa sebenarnya sosok si yudi, sosok yang menjadi pilihan anaknya yang tidak pernah dekat dengan pria manapun. Orang tua si wati ingin sekali bertemu dengan si yudi. Sampai pada suatu saat, datanglah si yudi ke tempat orang yang memperkenalkanya dengan si wati. Karena kebetulan rumah mereka berdekatan, maka dipertemukanlah si yudi dengan orang tua si wati. Dihadapan orang tua wati si yudi merasa begitu cangggung, bingung harus berbuat apa, akhirnya si yudi hanya banyak diam dan senyum. Namun dimata kedua orangtua wati, yudi ini kelihatan anak yang baik, dan meyakinkan dalam hal ibadah. Entah mengapa kedua orangtua si wati langsung senang dengan sosok si yudi. Mungkinkah karena penampilanya, atau kesopoanannya atau karena anaknya memang juga sudah senang sama dia.

Seminggu setelah si yudi datang kerumah orangtua si wati, banyak kabar yang berhembus bagaikan angin yang mengalir sepoi di pantai (wuuuzzz….) yang menerpa rambut indah yang terurai dan kering (sehabis keramas kalii yah..). nah salah satu kabar yang berhembus adalah bahwa si wati telah dilamar oleh seorang lelaki, dan lelaki itu adalah si yudi. Wah mendengar kabar seperti itu tentu si yudi menjadi bingung, dan kelimpungan. Dia tidak mungkin segegabah ini melamar wanita tanpa perhitungan begini. Akhirnya setelah dikonfirmasi, ternyata itu tidak benar. Mungkin itu hanya mimpi yang tidak pernah terjadi buat si yudi. Bisa dibilang mimpi baik tapi agak buruk. Karena si yudi masih punya impian lain yang belum terwujud. Setelah konfirmasi tersebut, kehidupan kembali normal lagi seperti sediakala. Keadaan tidak berubah, cinta mereka juga tidak berubah.

MIMPI – MIMPI

Waktu terus berjalan, namun ada yang mengganjal di hati si yudi. Pikiran tentang asa kedepanya setelah mengenal sosok si wati. Dalam hati si yudi, tidak mungkin terus berhubungan dengan si wati (meskipun hanya melalui telepon). Dikarenakan ini sudah mendekati (baca : seperti) pacaran, dan inilah yang mengganjal hati si yudi. Hal ini tidak mungkin berjalan terus, namun inikah yang mengganjal di hati yudi?. Ternyata bukan cuman itu yang mengganjal di hati yudi, melainkan mimpi – mimpinya selama ini.

Sebelum mengenal wati, yudi punya segudang mimpi yang belum terwujudkan, mimpi yang sekiranya akan diwujudkan dalam waktu dekat ini, namun setelah perkenalannya dengan si wati semua mimpi seakan kabur. Mimpi yang sebentar lagi akan diwujudkannya, mimpi itu menjadi kabur oleh baying – baying si wati. Tapi bukan yudi namanya kalau bisa kalah dengan perasaan, yudi telah menyadari kesalahanya itu, dan yudi tau harus memilih apa. Akan tetapi pilihan yudi ini masih sulit untuk diungkapkan. Karena dengan memilih salah satu pilihan itu, harus ada yang dikorbankan, dan yudi itu tahu yang harus dikorbankan adalah perasaanya, perasaan cinta yang mungkin dirasa akan sangat sulit.

Sampai pada suatu hari si yudi berkesempatan untuk berbicara dengan si wati. Yudi berusaha mengungkapkan keinginannya itu dengan perasaan berat hati. Saat berbicara seperti itulah akhirnya cita – cita seorang yudi yang semula tidak ada yang tahu menjadi terbuka. Si yudi ingin kuliah lagi, selain itu keinginan utama yudi adalah kembali aktif dalam gerakan dakwah yang sempat tertunda selama ini. Itulah keinginan yudi yang sebentar lagi akan diwujudkan. Dan jika ingin mewujudkan keinginan itu, maka yudi harus pulang ke Jakarta, dan kota tersebut itu sangat jauh dari tempat si wati. Mendengar pernyataan si yudi ini, sontak saja wati terkejut, mukanya pucat, perasaanya tidak karuan. Bagaimana tidak, yudi adalah cinta pertama buat si wati, dan wati sangat berharap untuk menjadikanya cinta yang terakhir. Nah,, karena sikap wati yang terasa begitu terpukul ini, yudi yang juga sudah mencintainya merasa bimbang lagi (perasaan sudah bicara).
Setelah berbicara seperti itu, yudi sangat mengetahui kalau wati begitu terpukul. Wati merasa sangat sedih, begitu juga hati si yudi ini, diantara rasa iba terhadap wanita yang dikasihinya dan rasa ambisi untuk mewujudkan cita – cita luhurnya itu. Dalam hati si yudi, cita – cita untuk berdakwah dan meniti ilmu agama adalah hal yang sangat utama. Demikian juga menjaga perasaan orang yang dikasihinya juga begitu terngiang di hatinya. Dalam pertempuran antara perasaan dan ambisi inilah si yudi bermunajat kepada Allah, disetiap malam saat orang – orang di sekitarnya tinggal nafas yang mendesah si yudi terbangun, dia mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Yang Maha dari Segala Maha, kepada Sang Maha Pemberi Cinta, Pemilik rasa cinta Yaitu Allah subhanahu wata’ala. Setiap malam dia meminta petunjuk kepada Allah, dalam stiqorohnya itu yudi memohon untuk dapat memberikan keputusan yang terbaik buat hidupnya. Keputusan yang tidak menimbulkan penyesalan dihari kemudian.


TERBUKA CAHAYA

Dua bulan lamanya setelah yudi mengungkapkan cita – citanya itu, dan hidup dalam kebimbangan. Dua bulan itu pula si yudi selalu mendekatkan diri kepada Allah Sang Pemilik rasa cinta. Akhirnya keputusanya itupun sudah bulat. Sepertinya si yudi sudah mendapatkan kepastian dan kemantapan kemana dia harus melangkah.

Dengan hati yang tenang maka tibalah pada hari yang sudah ditentukan. Hari itu memang sudah mereka rencanakan, wati dan keluarganya akan diajak yudi untuk makan malam di suatu restoran (tidak mungkin donk hanya berdua aja,,, kan dosa… J). Waktu itu jam menunjukan pukul delapan malam, tepatnya pertemuan itu terjadi ba’da isya. Meraka sudah saling bertemu, yudi yang dating bersama dengan kakaknya (karena dia memang tinggal dengan kakaknya waktu itu) dan si wati dating bersama omnya (mungkin bapaknya lagi ada urusan kali,, hehe..). dalam pertemuan itu memang tidak ada pembahasan yang serius hanya saja keluarga dari mereka ingin mengenal satu sama lain. Nah dalam pertemuan itu meskipun tidak ada yang serius, tapi saat itulah kesempatan yudi untuk mengungkapkan perasaanya. Dan yudi benar – benar mengungkapkannya. Yudi tetep ingin melanjutkan kuliah dan ingin berdakwah di jalah Allah, dan apabila wati ingin menikah dengan yudi maka yudi akan kembali lagi ke tempat si wati untuk melamarnya nanti. Si wati masih saja merasa terkejut, tapi yudi mencoba meyakinkanya, keluarga si wati juga tidak menyangka kalau si yudi akan berbicara seperti itu. Maka dengan berat hati si wati meng-iya-kannya meskipun perasaanya masih campur aduk (kaya es campur mungkin) tapi si wati mencoba tetap tegar. Si wati mau saja menunggu akan tetapi dia memiliki satu permintaan. Si wati minta agar si yudi memberikan sebuah jaminan bahwa dia akan kembali kepadanya nanti. Mendengar hal itu si yudi yang memang sudah mantap dalam pilihanya itu mencoba tenang dan memberikan solusi yang cukup oke (hehe… kata “oke” dipakai karena biar sedikit gaul.). dan si yudi memberikan solusi yaitu dengan bertunangan terlebih dahulu. Dan yudipun meminta dengan adanya tunangan ini, maka wati masih belum bisa menuntut apapun (missal : perhatian, waktu, atau apapun, apalagi uang belanja..  hhehehe…). Karena sesungguhnya yudi ini bingung juga, kan tunangan dalam islam tidak ada. Ya sebutlah ini sebagai “khitbah” kurang lebihnya seperti itu. Dan akhirnya disepakatilah proses khitbah antara yudi dan wati.

Empat tahun telah berlalu dengan lancer tanpa hambatan apapun (hehe… kayak kendaraan aja). Tiba – tiba sebuah mobil hitam parker di samping rumah yang lumayan besar, dan disana ada seorang wanita yang sedang menggendong anak kecil sedang mondar – mandir di depan rumah sedang menenangkan anak yang sedang nangis. Sesosok lelaki turun dari mobil hitam tersebut dan menghampiri wanita tersebut. “maaf mbak, apa bener ini rumahnya wati?” seorang yang gemuk, memakai jas rapi, dan berkacamata hitam bertanya pada wanita tadi. “oh,, wati? Sebentar ya pak, saya tanya sama bapak saya dulu” jawab wanita itu. Setelah masuk kedalam sebentar, wanita itu keluar lagi dan memberitahu kepada orang tadi “maaf pak, memang dulu disini ada orang yang namanya wati, tapi sekarang sudah pindah rumah, dan sekarang kami yang tinggal disini. “kalo boleh tahu pindah kemana yah?” tanya orang itu penasaran. “kalau yang saya dengar sih sudah pindah ke Jawa pak” jawab wanita itu tadi. “oh trimakasih mbak, maaf udah ganggu” jawab orang itu dan langsung masuk kembali mobil hitam tadi. “maaf pak, ternyata wati sudah pindah ke Jawa, rumahnya sudah dijual, itu pemilik rumah yang baru” kata orang itu kepada pak Yudi (ternyata orang tadi adalah supir pribadinya yudi, yang sudah jadi pengusaha, hehehehe…). “Wah kenapa wati pindah ke jawa nda ngomong yah” yudi hanya bergumam dalam hatinya. Dan kembali menuju ke hotel tempatnya menginap.

Setelah mengetahui kalau wati sudah pindah ke jawa akhirnya yudi yang sudah pergi ke kotanya di luar pulau, pulang lagi ke Jakarta. Yudi muter – muter mencari wati berada dimana, karena sepanjang waktu saat mereka berpisah si yudi sempat hilang kontak dengan si wati dikarenakan yudi sempat kehilangan hape (alat komunikasi jarak jauh) dan sepanjang waktu itulah mereka tidak ada kontak sama sekali. Akhirnya yudi teringat jika wati itu punya keluarga di jawa tepatnya jawa timur, di kota Sragen. Langsung saja pencarian berlanjut, yudi dengan tanpa henti berdoa memohon kepada Allah Sang Pemilik rasa cinta agar mempertemukan dia dengan wati wanita yang dijanjikan untuk menjadi istrinya. Wanita yang dicintainya. Sampailah yudi pada suatu daerah di pinggiran kota sragen, setelah bertanya kesana kemari kepada orang – orang disana (bahkan sudah bertanya sama orang di jalan, tukang becak, tukang ojek, penjual sayur dan lain – lain) yudi menemukan petunjuk, dengan langkah yang pasti yudi menuju ke sebuah rumah sederhana yang disamping kanan kirinya dipenuhi dengan tumbuhan tepatnya tumbuhan padi (hah,,, sawah dong,, sssstt dengar dulu) dan memang rumahnya di pinggir sawah, disana ada seorang nenek – nenek sedang duduk di depan rumah sedang membuat makanan kecil (yaitu kerupuk yang terbuat dari nasi, dan dicampur dengan bahan sedemikian rupa hingga jadilah kerupuk nasi, hehe….. ada yang mau beli?) yudi bertanya kepada nenek itu. “assalamu’alaikum nek apakah disini ada yang namanya wati?” tanya yudi. “wa’alaikumussalam, maaf nak ini siapa yah, ko nanya – nanya cucu saya?” (dialeknya sebenernya pake bahasa jawa alus, tapi disini sudah diterjemahkan, J). “anu nek, saya ini temanya yang sudah lama, dulu kita kenal tapi sempat berpisah lama dan tidak ada kabar sama sekali, kami putus kontak nek”. Setelah bercerita panjang lebar di depan rumah nenek itu (tentunya sudah ada hidangan kopi panas dan krupuk yang sudah masak tadi,, uenak rek.. nda percaya? Ya coba aja sendiri,,, hehehe….) tiba – tiba ada seorang wanita dating dari belakang rumah, kelihatanya sih dari sawah, soalnya tampak di pakaianya noda matahari yang menyengat. Tiba – tiba “MASS……….!!!” Dia memanggil yudi, (GUBRAK!!!!) wanita tersebut jatuh pingsan.



SEBUAH PENANTIAN

Waktu terkadang tak sejalan dengan kita
Kadang  kita berbelok ke kanan, sang waktu tetap berjalan lurus
Kadang kita berbelok ke kiri, sang waktu tetap berjalan lurus
Usia kan menjadi saksi bisu buat kita
Disaat waktu begitu sejalan dengan kita
Maka bersyukur adalah hal terindah yang kan jadi kenangan

Sebuah penantian panjang penuh harapan
Terkadang melahirkan bibit – bibit keraguan dalm hati
Namun jika kita niatkan penantian itu karena Allah semata
Niscaya Allah yang akan menjaga waktu dan harapan itu
Dan bersabar akan membuahkan hasil yang termanis untuk dikenang

Yaa robbiii…
Jika sampai pada waktu yang sudah dituliskan untukku
Maka mudahkanlah hamba untuk mendapatkannya
Hamba percaya dan yakin, ketetapan-Mu lah yang terbaik
Maka jika yang terbaik bukanlah yang dibayangkan
Kan hamba terima dengan ikhlas sebagai ketetapan yang terbaik


(dibalik sebuah harapan ada sebuah cerita)

By : Dedy khaled meshaal.

No comments:

Post a Comment

Kalau sudah baca, silakan berkomentar ya...!!