Pages

 

Saturday 16 July 2011

PERPISAHAN

1 comments
Ada pertemuan tentu pasti ada perpisahan. Sebuah pasangan yang memang terdengar sangat serasi, namun ketika kita merasakannya akan merasakan ketidak relaan. Tapi semua itu memang harus terjadi, tidak mungkin orang itu akan bertemu dengan sesuatu di dunia ini, kemudian tidak akan terpisahkan. Kita bertemu dengan dunia pasti kita akan berpisah dengan dunia ini, kita bertemu dengan teman – teman pasti nanti akan berpisah dengan mereka. Tinggal bagaimana kita menyikapi kedua hal tersebut. Apakah dengan positif atau dengan sikap yang negatif.

Memang sudah fitrah manusia itu merasakan kesedihan ketika berpisah dengan sesuatu yang telah lama dimilikinya. Tapi kalau kita sadari bahwa sebetulnya kita itu tidak pernah memiliki sesuatu di dunia ini, maka semua hal yang terjadi akan bisa kita lalui dengan tenang. Bagi mereka yang sudah menyadaripun pasti masih merasakan kesedihan, tapi kesedihan mereka tidak bertahan lama. Kesedihan mereka hanya sesaat seketika menerima keadaan yang sedikit berubah, dan itu wajar. Yang menjadi tidak wajar adalah ketika kita itu berpisah dengan sesuatu yang kita sayangi kemudian menyimpan kesedihan itu dalam hati kita. Karena jika perasaan sudah dimasukkan ke hati, maka niscaya akan sulit untuk menghilangkannya. Banyak contoh orang – orang yang terlalu kekanak – kanakkan dalam menyikapi rasa sedih karena sebuah perpisahan. Misalkan dia itu ditinggalkan kekasih hatinya, kemudian dia karena terlalu sayang dan tidak siap menerima itu semua, maka dia akan merasa sedih sepanjang masa seolah – olah dunia ini tidak ada artinya lagi. Kalau sudah begini, maka jangan heran orang – orang banyak yang bunuh diri. Padahal itu hanya masalah sepele sangat – sangat sepele.

Ngomongin soal perpisahaan sepertinya sebentar lagi akan terjadi pada diriku sendiri. Yah setidaknya itu adalah perpisahan yang sudah terencana. Tapi meskipun sudah terencana, perasaan sedih tetap saja menyelimuti hatiku. Seperti yang aku tuliskan diatas, perasaan itu wajar saja lah. Perasaan itu muncul karena aku sudah merasa nyaman disini. Jadi seperti tidak rela untuk melepaskannya. Tapi jika aku tetap disini maka semua hal yang aku impikan tidak bakal terwujud. Selain dilema dengan perpisahan aku juga harus bisa memutuskan satu dari dua pilihan. Pilihannya adalah tetap disini di tempat yang sudah nyaman dan membesarkan diriku, atau aku harus mengambil jalan lain untuk menggapai impianku. Kedua pilihan itu sangat berat membayangi pikiranku. Tapi yang namanya pilihan, jika kita sudah memilih pasti akan mengorbankan salah satu. Tidak mungkin ada jalan tengah yang bisa diambil dari masalah ini. Jika ada jalan tengah yan bisa diambil, tentu aku sudah memilihnya sejak lama. Nyatanya tidak ada jalan tengah itu, yang ada adalah mengorbankan salah satu, dan itu adalah resiko sebuah pilihan.

Mungkin banyak yang bertanya, kenapa aku lebih memilih mengejar impian padahal disini seolah – olah aku sudah mendapatkan semuanya. Disini aku sudah bekerja dengan nyaman, jabatanpun lumayan, gaji besar, terus kalau mau aku bisa saja menikah dengan gadis yang sebenarnya masuk kriteriaku, gadis sholeha yang terjaga. Tapi yang namanya orang pasti selalu melihat itu dari luar. Kalau ibarat pepatah mengatakan “rumput tetangga itu kelihatan lebih hijau”, begitu juga dengan kehidupanku yang dilihat dari luar kelihatan sudah enak. Tapi aku yang merasakan sendiri, seolah selalu saja ada hal yang kurang. Aku merasa kalau duniaku yang sekarang adalah bukan dunia yang aku inginkan. Karena impianku bukanlah ini, aku berada disini karena terbawa oleh arus kehidupan. Arus itulah yang memaksa aku untuk menjalani kehidupanku yang seperti ini. Meskipun memang tidak dipungkiri, aku nyaman sekarang, tapi perasaan hati (naluri) untuk menggapai impianku malah kian membesar saat ini.

Oleh karena itulah aku memilih untuk meninggalkan dunia yang nyaman ini untuk mendapatkan dunia yang baru. Dunia yang aku impikan sejak dulu, dunia yang aku inginkan. Dan aku tidak mau terjebak untuk mengikuti arus kehidupan ini lagi. Aku bertekad untuk membuat arus sendiri, arus yang seperti aku inginkan. Arus yang bisa aku kuasai dengan kemampuanku sendiri. Sepertinya memang muluk – muluk yah keinginanku itu, tapi yang namanya ambisi itu kan setiap orang juga punya. Kalau orang sudah tidak punya ambisi lagi, lebih baik sana gali tanah dengan ukuran 1 x 2 tidur aja disana dengan tenang, hehe…

Dengan aku mengejar ambisiku itu maka mau tidak mau aku harus berpisah dengan dunia yang sekarang di jalani. Perpisahan itu begitu dekat terasa dan sekarang begitu menegangkan terasa. Sungguh aku merasa tegang, bukan karena apa yah, tapi karena harus berpisah dengan orang – orang yang sudah dekat, dengan teman – teman baik, dengan orangtua yang selalu membimbingku dan lain – lain. Tapi aku meyakinkan diriku bahwa ini memang harus terjadi. Jika tidak maka perubahan tidak akan aku dapatkan. Perubahan dalam arti positif. Sehingga kesedihan yang aku rasa tidak akan bertahan lama dalam kepalaku.

Aku akan terus berlari mengejar impianku tanpa lelah, sampai kelelahan itu lelah mengejarku. Aku akan mencoba sabar hingga rasa bosan itu bosan menggodaku. Aku akan tetap menggenggam impian terbesarku hingga dunia takluk di bawah tanganku.

Saatnya mengucap “Sayonara!!!” dan menyambut impian yang nyata. Perpisahan akan membuatmu menderita ketika kau menyimpan kesedihan itu dalam hati. Perpisahan bisa menjadi awal kebahagiaanmu jika kau iringi dengan senyum dan doa yang tulus, meskipun terkadang airmata tak mampu terbendung lagi. Sikapilah semua ini dengan tenang dan sadarilah bahwa kita tidak pernah memiliki sesuatu.

1 comment:

Post a Comment

Kalau sudah baca, silakan berkomentar ya...!!