Kesalahan adalah sesuatu yang wajar bagi semua manusia, karena manusia manapun pasti pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi dalam menyikapi kesalahan yang diperbuatnya terkadang setiap orang bermacam – macam. Ada yang berani mengakui bahwa itu adalah memang kesalahannya, dan dia bersedia untuk meminta maaf. Tapi ada juga orang yang malah menghindar dan tidak mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya, bahkan malah menyalahkan orang lain yang tidak tahu menahu apa – apa. Ada satu contoh suatu hal yang baru saja terjadi pada saya. Suatu sore pas jam – jam pulang kerja saya sudah siap – siap untuk pulang dan menunggu jemputan. Kebetulan bukan hanya saya saja yang menunggu jemputan, disana kami ada banyak orang dan diantaranya banyak para senior saya juga sedang menunggu disana (saya yang paling muda jadi saya menyebut mereka senior). Ketika sedang duduk menunggu itulah kami ngobrol – ngobrol bersama mereka. Lagi asik – asiknya ngobrol tiba – tiba datanglah salah seorang karyawan baru masuk kerja (kebetulan shift malam), padahal karyawan tersebut untuk saat ini tidak boleh untuk masuk kerja dulu dikarenakan ada suatu hal. Akan tetapi karena ketidaktahuan karyawan tersebut akhirnya dia masuk kerja. Dan yang seharusnya memberitahukan karyawan tersebut adalah salah seorang senior saya karena dialah yang berwenang. Akan tetapi entah karena lupa atau bagaimana beliau tidak memberitahukan hal itu. Nah setelah beliau ditanya kenapa tidak menyampaikan informasi tersebut kepada karyawan. Maka dengan entengnya beliau menjawab “itu tugasnya Dedy pak sebenarnya” (deg!!!) aku yang sedang asik ngobrol jadi sedikit terkejut mendengar itu. Padahal sudah jelas kemarin yang bertemu langsung dan bertatap muka dengany dia (karyawan yang diskors) adalah senior tersebut. Kenapa bisa saya yang kena? Ya karena saya adalah penghubung antara karyawan dan atasan itu, akan tetapi apakah semua informasi harus saya yang sampaikan? Tidak kan? Semua punya bagian dan tanggung jawab masing – masing, jadi harus mengerti tugas masing – masing. Jika semua bertumpu pada saya maka nanti bisa melanggar kode etik perusahaan, dan ini yang sering menjadi dilema.
Memang melemparkan sesuatu kepada orang lain sangatlah mudah dan gampang, apalagi saya ini orangnya memang “nrimo” (maksudnya menerima saja apapun), saya tidak pernah ingin menjadikan hal kecil tumbuh menjadi besar. Bagiku tuduhan atau lemparan kesalahan itu hanyalah hal kecil. Yang penting saya tidak melakukan dosa yang besar terhadap Allah, gitu aja pikiran saya. Akan tetapi saya mulai berfikir, ternyata orang tersebut sangat tidak bertanggung jawab sama sekali. Karena dia tidak jentelmen dan mengakui keteledorannya itu, padahal dengan mengakuipun sebenarnya tidak akan ada sangsi apapun. Tapi kok kelihatannya sangat susah sekali untuk jujur dan jentelmen gitu yah. Bukankah dengan mengakui kesalahan kita, kita justru akan lebih dihargai daripada orang yang suka “lempar batu sembunyi tangan”. Jikapun tidak aka nada nilainya di mata manusia, setidaknya Allah maha tahu. Allah lah yang akan membalasnya nanti.
Baru – baru ini saya melihat di berbagai berita tentang kejujuran siswa SD yang melaporkan tentang sekolahnya yang melegalkan penyontekan waktu ujian. Akan tetapi apa balasan dari warga sekitar dengan kejujuran anak tersebut. Subhanalloh… anak tersebut diusir beserta keluarganya dari kampungya. Apa yang salah disini? Orang jujur kok malah diusir? Apakah di negeri kita ini sudah tidak membutuhkan orang – orang yang jujur lagi?. Pantas saja kita sering melihat keburukan – keburukan yang dilakukan para pejabat di negeri ini. Dimulai dari korupsi, suap, mafia hokum, mafia peradilan, penggelapan, dan lain – lain. Semua itu dilakukan dengan sadar oleh mereka para pejabat wakil rakyat kita. Pantas saja semua itu terjadi, karena memang kita terbiasa untuk berbohong dimulai sejak kita SD. Terus kalau sudah begini mau jadi apa negeri kita kedepannya?. Sungguh mengerikan sekali membayangkan masa depan bangsa ini. Ini berarti kejujuran itu memang mahal. Dan kecurangan sedang diobral, bahkan dijadikan “iseng – iseng berhadiah”…. Astaghfirulloh..
Saya sebetulnya juga bukanlah orang yang jujur. Tapi saya ingin mengajak terutama kepada diri saya pribadi. Marilah kita menjadi orang – orang yang jentelmen, berani mengakui kesalahan jika memang kita melakukan kesalahan. Jangan sekali – kali mencari – cari alasan buat menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahan kita. Setiap orang akan berbeda dalam menyikapi penuduhan seperti itu. Kalau saya mungkin hanya diam saja dan bersabar, tapi entahlah orang lain. Bisa jadi dia marah, memukul, emosi, berantem, atau lebih parahnya bisa membunuh (nah lohh…). Apa ruginya mengakui kesalahan kita coba, paling kan kita dimarahin, setelah itu ya sudah selesai perkara. Lha wong memang salah dan sudah mengakuinya dan minta maaf masa tidak mau memaafkan sih. Allah saja maha pemaaf kan, jadi jangan takut gitu lah,,, ayolah mengaku jika melakukan kesalahan sekecil apapun. Jangan sampai menyalahkan orang lain, menyakitkan tau…!!!! selain itu kejujuran memang harus diutamakan. Biar mau resiko apapun jujur memang lebih baik. Ingat kejujuran memang mahal untuk sekarang, banyak praktik – praktik korupsi ya karena memang dilatih tidak jujur sejak kecil. Karena jujur sekarang mahal maka banyak yang beralih ke jujur yang murah yaitu jujur kacang ijo (upz.. itu bubur yah). Pokoknya orang yang cerdas itu pasti harus mau jujur. Orang yang cerdas pasti tidak akan lempar batu sembunyi tangan, alias berani mengakui kesalahannya tanpa menyalahkan orang lain. Bisa dikatakan orang yang jujur dan berani mengakui kesalahan dialah orang yang jentelmen. Apakah anda jentelmen?
Sekian dari saya… wassalamu’alaikum……
Memang melemparkan sesuatu kepada orang lain sangatlah mudah dan gampang, apalagi saya ini orangnya memang “nrimo” (maksudnya menerima saja apapun), saya tidak pernah ingin menjadikan hal kecil tumbuh menjadi besar. Bagiku tuduhan atau lemparan kesalahan itu hanyalah hal kecil. Yang penting saya tidak melakukan dosa yang besar terhadap Allah, gitu aja pikiran saya. Akan tetapi saya mulai berfikir, ternyata orang tersebut sangat tidak bertanggung jawab sama sekali. Karena dia tidak jentelmen dan mengakui keteledorannya itu, padahal dengan mengakuipun sebenarnya tidak akan ada sangsi apapun. Tapi kok kelihatannya sangat susah sekali untuk jujur dan jentelmen gitu yah. Bukankah dengan mengakui kesalahan kita, kita justru akan lebih dihargai daripada orang yang suka “lempar batu sembunyi tangan”. Jikapun tidak aka nada nilainya di mata manusia, setidaknya Allah maha tahu. Allah lah yang akan membalasnya nanti.
Baru – baru ini saya melihat di berbagai berita tentang kejujuran siswa SD yang melaporkan tentang sekolahnya yang melegalkan penyontekan waktu ujian. Akan tetapi apa balasan dari warga sekitar dengan kejujuran anak tersebut. Subhanalloh… anak tersebut diusir beserta keluarganya dari kampungya. Apa yang salah disini? Orang jujur kok malah diusir? Apakah di negeri kita ini sudah tidak membutuhkan orang – orang yang jujur lagi?. Pantas saja kita sering melihat keburukan – keburukan yang dilakukan para pejabat di negeri ini. Dimulai dari korupsi, suap, mafia hokum, mafia peradilan, penggelapan, dan lain – lain. Semua itu dilakukan dengan sadar oleh mereka para pejabat wakil rakyat kita. Pantas saja semua itu terjadi, karena memang kita terbiasa untuk berbohong dimulai sejak kita SD. Terus kalau sudah begini mau jadi apa negeri kita kedepannya?. Sungguh mengerikan sekali membayangkan masa depan bangsa ini. Ini berarti kejujuran itu memang mahal. Dan kecurangan sedang diobral, bahkan dijadikan “iseng – iseng berhadiah”…. Astaghfirulloh..
Saya sebetulnya juga bukanlah orang yang jujur. Tapi saya ingin mengajak terutama kepada diri saya pribadi. Marilah kita menjadi orang – orang yang jentelmen, berani mengakui kesalahan jika memang kita melakukan kesalahan. Jangan sekali – kali mencari – cari alasan buat menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahan kita. Setiap orang akan berbeda dalam menyikapi penuduhan seperti itu. Kalau saya mungkin hanya diam saja dan bersabar, tapi entahlah orang lain. Bisa jadi dia marah, memukul, emosi, berantem, atau lebih parahnya bisa membunuh (nah lohh…). Apa ruginya mengakui kesalahan kita coba, paling kan kita dimarahin, setelah itu ya sudah selesai perkara. Lha wong memang salah dan sudah mengakuinya dan minta maaf masa tidak mau memaafkan sih. Allah saja maha pemaaf kan, jadi jangan takut gitu lah,,, ayolah mengaku jika melakukan kesalahan sekecil apapun. Jangan sampai menyalahkan orang lain, menyakitkan tau…!!!! selain itu kejujuran memang harus diutamakan. Biar mau resiko apapun jujur memang lebih baik. Ingat kejujuran memang mahal untuk sekarang, banyak praktik – praktik korupsi ya karena memang dilatih tidak jujur sejak kecil. Karena jujur sekarang mahal maka banyak yang beralih ke jujur yang murah yaitu jujur kacang ijo (upz.. itu bubur yah). Pokoknya orang yang cerdas itu pasti harus mau jujur. Orang yang cerdas pasti tidak akan lempar batu sembunyi tangan, alias berani mengakui kesalahannya tanpa menyalahkan orang lain. Bisa dikatakan orang yang jujur dan berani mengakui kesalahan dialah orang yang jentelmen. Apakah anda jentelmen?
Sekian dari saya… wassalamu’alaikum……
No comments:
Post a Comment
Kalau sudah baca, silakan berkomentar ya...!!