Tidak terasa malam ini hujan turun dengan derasnya, setelah beberapa hari tanah ini kering tersengat cahaya matahari. Kaget juga sih awalnya, tidak percaya kalau yang turun itu adalah air hujan. Karena orang – orang bilang sekarang kan musim kemarau, jadi tidak mungkin turun hujan. Tapi nyatanya hujan turun juga. Jadi ini musim apa dong?.
Kalau kata orangtua, sekarang musim susah ditebak tidak kaya dulu. Dulu kalau musim kemarau ya bener – bener tidak ada hujan, kalau musim hujan pasti setiap hari hujan. Sekarang dibilang musim kemarau eh tiba – tiba hujan dating. Dibilang musim hujan malah siang malam terasa panas tanpa setetes airpun yang turun dari langit. Memang susah. Mungkin karena orang – orang jaman sekarang juga tidak seperti dulu lagi kali yah. Dulu itu orang belum tahu tentang informasi cuaca seperti sekarang, dulu belum banyak tower – tower berdiri, sekarang teknologi semakin canggih, jadi alam menjadi enggan mengikuti alur waktu yang ditentukan,, hehe nyeletuk.
Alam mungkin malas mengikuti aturan karena manusia juga semakin tidak bisa diatur. Coba lihat sekarang di televisi – televisi, banyak orang – orang pintar malah membuat rakyat menjadi bingung. Katanya mereka pintar kok malah membuat bingung, aneh. Kenapa bisa bingung, ya karena tingkah mereka itu loh aneh, kadang – kadang nyeleneh. Mereka itu kan pintar dan berpendidikan tapi kok tingkahnya kayak anak TK. Dalam persidangan yang harusnya tertib eeh malah pada berantem dan gontok – gontokan, saling tuduh sana – sini, saling menklaim pendapatnya yang paling benar, ngotot. Sekalinya mereka diam diamnya itu tidur, walah – walah wong siding kok malah tidur, piye toh pak, pak. Ada yang diam dan tidak tidur sih, tapi dia malah asyik lihat gambar – gambar dan video porno, waduuhh… kacau kalau sudah begini.
Orang bilang sekarang rakyat sudah semakin pintar. Pintar mengkeritik, pintar bicara masalah politik, bahkan lagi ngopi yang diobrolin politik, lagi nunggu angkutan umum yang diobrolin politik, lagi duduk yang diobrolin masalah politik, tidak muda tidak tua semua tahu tentang politik sekarang. Makanya tidak salah kalau rakyat sudah menjadi semakin pintar sekarang. Mereka belajar darimana? Ya dari berita – berita di televise dan Koran – Koran lah. Mana mungkin mereka mau kuliah jurusan politik, wong buat cari makan saja susah. Biarpun dari televise mereka bisa tahu kalau ini politik yang bersih, dan itu adalah politik yang kotor. Karena mereka (rakyat) sudah cerdas dan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Seperti halnya politik yang baik dan buruk. Karena mereka semakin pintar inilah mereka semakin merasa dibodohi. Dulu pas jaman – jamannya kampanye (pas mereka masih belum pintar) mereka percaya saja sama pembualan – pembualan (baca : janji – janji) manis dari politikus itu. Mereka merasa tertipu oleh iming – iming angin surge yang dijanjikan para politikus itu. Dulu pas kampanye seolah – olah para politikus itu ‘merakyat’, seolah olah ‘peduli’ terhadap rakyat, tapi sekarang setelah jadi, eeh mereka lupa semuanya. Mereka lupa akan janji – janji yang diucapkan dulu. Sungguh rakyat yang pintar merasa sakit hati dan menyesal telah memilih mereka.
Bagaimana tidak sakit hati coba, selain mereka lupa akan janji – janji mereka, dosa mereka tambahi dengan melakukan korupsi besar – besaran, berjamaah lagi. Waduuh ternyata bukan sholat saja yan berjamaah, tapi korupsi juga berjamaah. Mungkin rakyat Indonesia sudah biasa diperlihatkan tentang berita – berita tentang kejahatan mereka para pejabat itu. Mereka korupsi terus langsung deh kabur ke luar nereri aman. Atau mereka korupsi, pas ditangkap pura – pura sakit, aman. Atau mereka korupsi terus dipenjara, di penjara itu fasilitas mewah, ada AC, kulkas, ruang meeting,dll, nyaman. Atau sudah dipenjara tapi tetep bisa jalan – jalan ke luar negeri, nyaman. Sepertinya jadi koruptor kelas kakap itu nyaman sekali yah. Coba bayangkan dengan yang rakyat miskin. Mereka cuman memungut kapas yang jatuh dari pohonnya aja padahal cuman mungut, yang mungut nenek – nenek pula, langsung divonis penjara. Mereka karena kelaparan dan haus dalam perjalanan, terus lihat buah semangka, mereka memetiknya untuk sekedar penghilang haus atau lapar saja, langsung dipenjara tanpa ampun. Apakah ini yang dinamakan keadilan?.
Terus nih ya,, dibandingkan dengan terorisme yang sering digunakan untuk menutupi kasus – kasus besar para pejabat. Jika mereka (yang dituduh teroris) ditangkap dan berusaha membela diri, maka langsung tembak ditempat (mati). Coba kalau para koruptor, mereka hanya dikasih surat panggilan, sekali tidak dating surat panggilan kedua, tidak dating juga, surat panggilan ketiga, tidak dating juga, didatangilah kerumahnya, tau – tau sudah kabur ke luar negeri,, walahhh….. lucu yah. Coba bayangkan kalau terduga teroris itu pas mau ditangkap sedang sakit, pasti lah om densus88 tidak peduli langsung saja seret. Sementara kalau koruptor sakit, yaa biarin aja sana berobat dulu. Paling begitu jawaban mereka. Terus dimana keadilan itu?
Yah mungkin tulisan ini semrawut yah,, tapi tidak apa – apa, wong Negara kita juga semrawut kok jadi ya aku nda malu. Harusnya yang malu itu kan yang korup, yang suap – suapan, yang makelar kasus, yang negative – negative. Ngapain aku harus malu? Kenapa aku bilang Negara kita semrawut, ya mungkin aku ketularan pintar kaya rakyat yang lain,, hehe… meski bisanya cuman mengkritik saja. Bagaimana tidak semrawut coba, nih aku sebutkan lagi, kasus century belum beres, kasus Gayus belum beres, makelar kasus juga belum, kasus mafia hukum belum beres, kasus TKI lebih – lebih belum beres, kasus suap BLBI kasus Nunun Nurbaeti nda tau arahnya kemana, kasus Nazaruddin malah dibikin linglung aparat, serta kasus kasus yang lain yang tak bisa disebutkan. Apakah negeri ini mau dijuluki negeri seribu kasus? Hehe.. berlebihan kayaknya.
Mohon maaf kalau ada yang tersinggung, ini sekedar ungkapan hatiku sebagai rakyat kecil yang bingung dengan keadaan negeri ini. Tentunya aku hanya mengerti ini dan membaca situasi ini lewat media. Saya bukanlah ahli hukum atau ahli politik, tapi melihat itu di tivi, saya jadi ngerti lah pokoknya. Dan mungkin orang – orang kecil yang lain juga sama ngertinya sama saya. Mereka yang di terminal, warung kopi, tempat kerja, dan dimanapun berada sekarang sudah ngomongin politik semua. Itu semua ya karena pengaruh media. Tapi yang anehnya, media – media ini tidak pernah memberitakan hal yang positif mengenai para pejabat itu. Apakah memang tidak ada prestasi lain selain korupsi, atau memang mereka tidak sombong? Lhaa… ini yang jadi pertanyaan saya. Hehe…..
Wassalam.......
Kalau kata orangtua, sekarang musim susah ditebak tidak kaya dulu. Dulu kalau musim kemarau ya bener – bener tidak ada hujan, kalau musim hujan pasti setiap hari hujan. Sekarang dibilang musim kemarau eh tiba – tiba hujan dating. Dibilang musim hujan malah siang malam terasa panas tanpa setetes airpun yang turun dari langit. Memang susah. Mungkin karena orang – orang jaman sekarang juga tidak seperti dulu lagi kali yah. Dulu itu orang belum tahu tentang informasi cuaca seperti sekarang, dulu belum banyak tower – tower berdiri, sekarang teknologi semakin canggih, jadi alam menjadi enggan mengikuti alur waktu yang ditentukan,, hehe nyeletuk.
Alam mungkin malas mengikuti aturan karena manusia juga semakin tidak bisa diatur. Coba lihat sekarang di televisi – televisi, banyak orang – orang pintar malah membuat rakyat menjadi bingung. Katanya mereka pintar kok malah membuat bingung, aneh. Kenapa bisa bingung, ya karena tingkah mereka itu loh aneh, kadang – kadang nyeleneh. Mereka itu kan pintar dan berpendidikan tapi kok tingkahnya kayak anak TK. Dalam persidangan yang harusnya tertib eeh malah pada berantem dan gontok – gontokan, saling tuduh sana – sini, saling menklaim pendapatnya yang paling benar, ngotot. Sekalinya mereka diam diamnya itu tidur, walah – walah wong siding kok malah tidur, piye toh pak, pak. Ada yang diam dan tidak tidur sih, tapi dia malah asyik lihat gambar – gambar dan video porno, waduuhh… kacau kalau sudah begini.
Orang bilang sekarang rakyat sudah semakin pintar. Pintar mengkeritik, pintar bicara masalah politik, bahkan lagi ngopi yang diobrolin politik, lagi nunggu angkutan umum yang diobrolin politik, lagi duduk yang diobrolin masalah politik, tidak muda tidak tua semua tahu tentang politik sekarang. Makanya tidak salah kalau rakyat sudah menjadi semakin pintar sekarang. Mereka belajar darimana? Ya dari berita – berita di televise dan Koran – Koran lah. Mana mungkin mereka mau kuliah jurusan politik, wong buat cari makan saja susah. Biarpun dari televise mereka bisa tahu kalau ini politik yang bersih, dan itu adalah politik yang kotor. Karena mereka (rakyat) sudah cerdas dan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Seperti halnya politik yang baik dan buruk. Karena mereka semakin pintar inilah mereka semakin merasa dibodohi. Dulu pas jaman – jamannya kampanye (pas mereka masih belum pintar) mereka percaya saja sama pembualan – pembualan (baca : janji – janji) manis dari politikus itu. Mereka merasa tertipu oleh iming – iming angin surge yang dijanjikan para politikus itu. Dulu pas kampanye seolah – olah para politikus itu ‘merakyat’, seolah olah ‘peduli’ terhadap rakyat, tapi sekarang setelah jadi, eeh mereka lupa semuanya. Mereka lupa akan janji – janji yang diucapkan dulu. Sungguh rakyat yang pintar merasa sakit hati dan menyesal telah memilih mereka.
Bagaimana tidak sakit hati coba, selain mereka lupa akan janji – janji mereka, dosa mereka tambahi dengan melakukan korupsi besar – besaran, berjamaah lagi. Waduuh ternyata bukan sholat saja yan berjamaah, tapi korupsi juga berjamaah. Mungkin rakyat Indonesia sudah biasa diperlihatkan tentang berita – berita tentang kejahatan mereka para pejabat itu. Mereka korupsi terus langsung deh kabur ke luar nereri aman. Atau mereka korupsi, pas ditangkap pura – pura sakit, aman. Atau mereka korupsi terus dipenjara, di penjara itu fasilitas mewah, ada AC, kulkas, ruang meeting,dll, nyaman. Atau sudah dipenjara tapi tetep bisa jalan – jalan ke luar negeri, nyaman. Sepertinya jadi koruptor kelas kakap itu nyaman sekali yah. Coba bayangkan dengan yang rakyat miskin. Mereka cuman memungut kapas yang jatuh dari pohonnya aja padahal cuman mungut, yang mungut nenek – nenek pula, langsung divonis penjara. Mereka karena kelaparan dan haus dalam perjalanan, terus lihat buah semangka, mereka memetiknya untuk sekedar penghilang haus atau lapar saja, langsung dipenjara tanpa ampun. Apakah ini yang dinamakan keadilan?.
Terus nih ya,, dibandingkan dengan terorisme yang sering digunakan untuk menutupi kasus – kasus besar para pejabat. Jika mereka (yang dituduh teroris) ditangkap dan berusaha membela diri, maka langsung tembak ditempat (mati). Coba kalau para koruptor, mereka hanya dikasih surat panggilan, sekali tidak dating surat panggilan kedua, tidak dating juga, surat panggilan ketiga, tidak dating juga, didatangilah kerumahnya, tau – tau sudah kabur ke luar negeri,, walahhh….. lucu yah. Coba bayangkan kalau terduga teroris itu pas mau ditangkap sedang sakit, pasti lah om densus88 tidak peduli langsung saja seret. Sementara kalau koruptor sakit, yaa biarin aja sana berobat dulu. Paling begitu jawaban mereka. Terus dimana keadilan itu?
Yah mungkin tulisan ini semrawut yah,, tapi tidak apa – apa, wong Negara kita juga semrawut kok jadi ya aku nda malu. Harusnya yang malu itu kan yang korup, yang suap – suapan, yang makelar kasus, yang negative – negative. Ngapain aku harus malu? Kenapa aku bilang Negara kita semrawut, ya mungkin aku ketularan pintar kaya rakyat yang lain,, hehe… meski bisanya cuman mengkritik saja. Bagaimana tidak semrawut coba, nih aku sebutkan lagi, kasus century belum beres, kasus Gayus belum beres, makelar kasus juga belum, kasus mafia hukum belum beres, kasus TKI lebih – lebih belum beres, kasus suap BLBI kasus Nunun Nurbaeti nda tau arahnya kemana, kasus Nazaruddin malah dibikin linglung aparat, serta kasus kasus yang lain yang tak bisa disebutkan. Apakah negeri ini mau dijuluki negeri seribu kasus? Hehe.. berlebihan kayaknya.
Mohon maaf kalau ada yang tersinggung, ini sekedar ungkapan hatiku sebagai rakyat kecil yang bingung dengan keadaan negeri ini. Tentunya aku hanya mengerti ini dan membaca situasi ini lewat media. Saya bukanlah ahli hukum atau ahli politik, tapi melihat itu di tivi, saya jadi ngerti lah pokoknya. Dan mungkin orang – orang kecil yang lain juga sama ngertinya sama saya. Mereka yang di terminal, warung kopi, tempat kerja, dan dimanapun berada sekarang sudah ngomongin politik semua. Itu semua ya karena pengaruh media. Tapi yang anehnya, media – media ini tidak pernah memberitakan hal yang positif mengenai para pejabat itu. Apakah memang tidak ada prestasi lain selain korupsi, atau memang mereka tidak sombong? Lhaa… ini yang jadi pertanyaan saya. Hehe…..
Wassalam.......
No comments:
Post a Comment
Kalau sudah baca, silakan berkomentar ya...!!