Pages

 

Thursday 7 March 2013

AKU BERBEDA

1 comments

Aku masih menunggumu untuk datang kesini. Lelaki idaman yang selalu membuatku tak bisa memejamkan mata di malam – malamku. Entah ada angin apa tiba – tiba kau mau memberikan waktumu untuk menemuiku hari ini. Aku sungguh tak pernah membayangkan hal ini bisa terjadi. Imajinasiku selama ini selalu terhalang oleh keangkuhanmu terhadapku. Namun kini seolah semua hal buruk tentang dirimu yang kupikirkan telah sirna. Karena kau bersedia menemuiku dan ini membuat hatiku sungguh melayang ke angkasa.
Aku sengaja datang lebih awal ke tempat ini karena aku tak mau si boy menghancurkan hari ini. Boy adalah lelaki yang sempat menjadi kekasihku, dan kini aku juga tak mengerti apakah aku masih kekasihnya atau bukan. Dia adalah lelaki yang tinggi besar dan kekar. Sifatnya yang keras seperti batu dan terkadang emosional membuatku ingin menjauh darinya. Namun aku tak pernah mengatakan kalau aku ingin berpisah dengannya. Aku hanya mencoba berbaik hati kepadanya. Aku tak ingin membuatnya sakit hati.
Semenjak aku menjauh itulah Boy seolah selalu membuntutiku. Aku merasa selalu ada dua mata yang mengikuti langkahku kemanapun aku pergi. Telah lama aku menyadari hal ini, namun aku hanya bisa diam.
Sebenarnya Boy adalah lelaki yang baik hati dan bertanggung jawab. Satu kelebihan dari lelaki yang selalu menarik perhatian kaum hawa, termasuk diriku. Aku tahu kalau Boy sudah lama menginginkan diriku. Dia selalu memperhatikanku kemanapun aku pergi sehingga aku tak bisa lepas darinya. Sebagai wanita, diberikan perhatian seperti itu adalah merupakan sebuah kebanggaan. Wanita manapun ketika diberikan perhatian lebih dari seorang laki – laki pasti akan tumbuh perasaan sayang. Meskipun laki – laki itu adalah seseorang yang tidak pernah diimpikannya. Saat itu aku merasa bahwa Boy adalah lelaki yang telah menjerat perasaanku dengan perhatiannya. Hingga akupun terjebak dalam jeratan itu.
Aku dan Boy sempat memutuskan berkomitmen untuk saling menjaga satu sama lain. Hal itu berlangsung cukup lama. Boy memang lelaki yang benar – benar tulus ingin menjagaku. Selama kami menjalani hari – hari bersama dia tidak pernah menuntut sesuatu apapun dariku. Dia adalah lelaki yang baik. Aku pernah mendengar curahan hati dari teman – temanku yang lain yang memiliki hubungan sepesial dengan laki – laki.  Cerita mereka cukup membuatku mengelus dada. Mereka mengatakan bahwa kekasihnya itu selalu meminta hal – hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Banyak yang menuntut sesuatu yang lebih dari seorang wanita. Hingga banyak diantara mereka yang akhirnya harus terpenjara dalam ikatan keluarga dengan kondisi yang menyesakkan. Sungguh aku bersyukur berteman dengan lelaki sebaik Boy.
Namun sesuatu hal aneh terjadi kepada sikap Boy terhadapku. Tiba – tiba perlakuannya terhadapku seperti berubah. Aku bisa menyadari melalui naluri kewanitaanku yang merasakan hal itu. Dia agak sedikit mengurangi perhatiannya kepadaku. Entah karena suatu sebab apa aku tak mampu membaca pikirannya lebih jauh lagi. Yang aku rasakan adalah kekerasan hatinya yang semakin menjadi – jadi. Suatu ketika aku melakukan hal kecil yang tidak disukainya, dia tiba – tiba langsung menunjukkan sikap emosionalnya yang tidak biasa. Biasanya ketika aku melakukan kesalahan – kesalahan terhadapnya, dia selalu bisa memaafkanku. Namun kini hanya karena permasalahan kecil saja, dia tak mau memberiku maaf. Semenjak saat itu aku mencoba menjaga jarak dengan Boy. Boy juga sepertinya merasa lebih nyaman dengan menjauhnya diriku. Aku tidak terlalu merasakan sedih dengan keadaan ini. Karena sebenarnya Boy juga bukanlah laki – laki yang sesuai dengan impianku. Hanya perhatiannya saja yang mampu memalingkan duniaku kepadanya.
Hariku berjalan dengan perasaan yang selalu kurang lengkap dalam diriku. Namun aku tahu bahwa ini hanya karena aku telah terbiasa hidup dengan seorang penjaga. Penjaga yang kini hanya mengawasiku dari kejauhan. Aku sadar bahwa ternyata Boy selalu mengintaiku dari kejauhan. Mungkin memata – matai gerak – gerikku atau ada sesuatu yang tidak pernah aku tahu. Aku mencoba berpura – pura tidak tahu dengan keadaan ini. Namun yang pasti Boy selalu mengawasiku kemanapun aku pergi.
Hal itulah yang membuatku khawatir saat ini. Aku khawatir Boy mengikutiku sampai disini. Saat ini aku ingin menemui seorang lelaki yang aku tahu bahwa dialah yang selama ini aku impikan. Lelaki gagah dan cerdas yang aku cari selama ini aku cari. Boy tidak tahu perihal laki – laki yang sedang aku tunggu ini, karena dia adalah teman sekolahku. Aku rasa Boy tidak mungkin mengawasiku sampai ke sekolahan.
Aku pertama kali melihat pemuda itu adalah di sebuah masjid sekolahan. Dia anak yang sholeh dan sering ke masjid, tidak seperti Boy yang malas sekali beribadah. Setiap kali aku melihat pemuda itu pasti ketika dia berada di masjid sekolahan. Namun setiap kali aku berpapasan dengannya dia selalu memalingkan wajahnya dariku seolah – olah dia itu tidak mau menatapku. Itulah yang membuatku berfikir bahwa dia adalah lelaki yang angkuh.
Hingga setelah sekian lama memendam rasa kagumku dalam hati, hari ini dia mau menemuiku.

---000---000----000---

Mungkin Isti menganggap bahwa aku tidak memperhatikannya lagi saat ini. Semenjak kutunjukkan sikapku yang keras kepala dan emosional waktu itu, semenjak itu pula Isti menjauh dariku. Aku bukannya membiarkan saja Isti bersikap jauh dariku, namun ada sesuatu hal yang tak mungkin aku ceritakan kepadanya. Sesuatu yang membuat hidupku setengah hancur berkeping – keping. Aku begitu hancur begitu menyadari keadaanku seperti itu. Namun aku mencoba bertahan hidup untuk melihat Isti bahagia.
Aku tahu Isti tak mungkin bahagia jika tetap bersamaku. Aku tak dapat membayangkan seandainya aku menikahi dia dan dia menyadari kekuranganku. Bahwa aku tak dapat memberinya keturunan. Pasti dia akan merasa sedih dengan keadaan itu. oleh karena itu kupendam rasa cintaku padanya dalam – dalam. Sedalam samudera yang tak tersentuh. Karena aku tak mungkin menyentuh cintanya.
Aku ingin meminta maaf kepada Isti, namun kupikir itu semua akan sia – sia saja. Meminta maaf tak mungkin merubah keadaanku yang memang seperti ini. Biar nanti aku temukan waktu yang tepat untukku mengatakan semua pada Isti. Kini aku hanya bisa mengawasi dari kejauhan segala tingkah laku Isti. Aku khawatir terjadi apa – apa dengan dirinya. Mungkin cinta dalam hatiku yang menuntutku untuk melakukan ini. Aku menginginkan Isti bahagia dengan orang yang tepat, meski bukan aku asalkan dia adalah orang yang aku yakin bisa membahagiakan Isti maka aku akan ikhlas.
Langit sore sudah semakin memerah, namun isti belum juga beranjak dari tempatnya berdiri. Aku tahu, saat ini dia sedang menunggu seseorang yang dikaguminya. Seorang pemuda yang berpenampilan bersih seperti orang kota. Dialah yang membuat hati Isti tergila – gila dan tidak pernah bisa tidur nyenyak di malam hari. Aku sering mengamati tingkah polah Isti dari kejauhan. Tak pernah dia memiliki perasaan begitu dalam selain kepada pemuda itu. Aku sebenarnya merasa cemburu kepada pemuda itu. Karena dia telah menyita perhatian Isti dariku. Namun aku hanya bisa menikmati kecemburuanku ini seorang diri.
Rasanya tak sabar jika aku hanya menunggunya dari sini. Aku bagaikan ikan yang tergoda oleh umpan dari pemancing. Aku tahu dengan mengawasinya terus disini, hanya akan menyulut rasa cemburuku yang besar. Tapi aku juga tak dapat beranjak dari sini. Aku ingin tetap melihat isti. Ingin kulihat keseriusannya menunggu ketidakpastian.
Aku tahu, pemuda itu tak mungkin datang menemuinya. Karena sebelumnya aku telah menemui dan mengancam dia siang tadi. Mungkin lebih baik aku menemui isti sekarang dan memberitahu bahwa pemuda itu tak akan datang. Aku harap dengan ini Isti akan menyadari bahwa pemuda itu bukanlah orang yang pantas untuk dinantinya. Setidaknya kehadiranku akan membuatnya tak akan lepas jauh dari sisiku. Ya, inilah saat yang tepat untuk mengatakan semua hal kepadanya.
“Pemuda impianmu tak mungkin datang hari ini.”
“Mas Boy?? Darimana mas tahu kalau aku sedang menunggunya?”
“Aku selalu tahu semua tentang dirimu, dan kini aku juga tahu kalau dia tidak akan datang menemuimu!”
“Darimana mas tahu kalau dia tidak akan datang??”
“Kan tadi sudah aku bilang, aku tahu segalanya Ti...”
“Aku tak percaya sama mas...!!”
“Bagaimana kalau dia benar - benar tidak datang?? Apa kau akan menantinya sampai malam?”
“Ya,,, aku akan tetap menantinya”
“Kau ini keras kepala yah,, aku yakin dia tak akan datang menemuimu, walau sampai besokpun!”
“Cukup mass!!,, jangan katakan itu lagi. Mas ini lagi mabok yah? Aku yakin dia akan datang menemuiku, karena dia sudah berjanji!”
“Janji kau bilang? Apa hanya sekedar janji? Pasti ada hal lain,,,, Apa kau mencintainya?”
“Iya mass,, maaf kalau aku membuatmu kecewa. Aku ingin menjauh darimu dan aku juga yakin mas juga berharap begitu kan?”
“Tidak Isti!! Kau tak tahu yang sebenarnya terjadi.”
“Apapun itu aku sudah tidak peduli lagi mas, sekarang pergi dari sini!”
“Kau mengusirku Isti?”
“Maap mas, tapi aku ingin tetap menunggunya tanpa ada yang mengusikku!”
“Baiklah Ti, aku mengerti, tapi percayalah pemuda itu tak akan datang kepada kau..! kalau dia datang juga, akan aku habisi dia Isti.....!!
 Selamat tinggal!!”
Aku tidak percaya kalau isti sampai se yakin itu kepada pemuda itu. Dalam hatiku sungguh aku merasa sangat cemburu kepada pemuda itu. Namun aku tak dapat menunjukkan rasa ini pada Isti. Biar saja lah, karena aku yakin pemuda itu tak mungkin datang menemuinya. Aku yakin itu. Aku akan menugawasimu, seberapa kuat Isti menunggu pemuda itu dari kejauhan.

---000---000---000----

Aku tak bisa membiarkan perasaannya terus menghantui pikirannya. Terkadang aku risi jika dia terus menatapku ketika aku bertemu dengannya. Sungguh sesuatu yang sangat membuatku tidak nyaman, dipandangi terus oleh seorang gadis yang bukan siapa – siapaku. Memang sih dia itu gadis yang cantik. Tapi sayang sekali, aku sama sekali tidak tertarik pada kecantikan fisik saja. Tentu aku memiliki kriteria cantik dalam hidupku. Dan yang pasti bukan gadis seperti dia.
Sore ini aku akan menemuinya untuk menjelaskan sesuatu hal yang teramat penting buatku. Semoga hari ini menjadi hari yang mencerahkan buat dia. Aku yakin gadis itu memiliki penafsiran yang berbeda dengan bersedianya aku menemuinya. Dia pasti merasa kalau perasaannya itu mendapatkan tanggapan dariku. Padahal tujuanku menemuinya hanyalah untuk mengingatkan dia akan sesuatu hal.
Aku bukanlah pemuda yang dengan begitu mudahnya mengumbar cinta kemana – mana. Aku lebih nyaman dengan keadaanku ini. tanpa beban, tanpa pikiran yang buruk, tanpa ada yang mengganggu. Dan aku menjadi bisa lebih konsentrasi lagi dalam belajar segala hal.
Teman – temanku sering mengatai aku sebagai banci karena aku tak pernah punya pacar. Padahal gadis – gadis banyak yang menggodaku namun aku tak pernah hiraukan mereka. Biar saja aku dikatakan sebagai banci karena prinsipku ini. Yang penting aku tidak pernah merugikan mereka dengan prinsipku ini.
Setiap kali ada gadis yang menyukaiku aku selalu menemui mereka. Aku temui mereka bukan karena aku mau menggoda mereka atau menerima cinta mereka. Tapi aku mencoba menjelaskan prinsip hidupku pada mereka. Dan Alhamdulillah semuanya bisa berjalan lancar. Meskipun ada beberapa kasus yang sedikit menguras pikiran. Namun sejauh ini semuanya lancar – lancar saja.
Yang akan aku temui kali ini adalah gadis yang kesekian kalinya. Aku lupa jumlah tepatnya karena saking banyaknya. Dia adalah salah satu yang paling ngotot ingin berbicara kepadaku. Walaupun selama ini aku selalu mengelak ketika berpapasan dengan dia, namun dia tetap saja tak mau berubah. Itu berarti dia butuh penjelasan yang panjang dariku.
Tinggal satu tikungan lagi aku sudah sampai ke tempat yang dijanjikan. Rasanya aku berdebar – debar. Bukan karena aku mencintainya tapi karena tadi siang aku sempat diancam oleh laki – laki berbadan kekar. Aku khawatir dia mengawasiku dan menghabisiku. Kan sangat tidak terhormat sekali kalau harus babak belur gara – gara seorang wanita. Katrok!
Kuarungi tikungan terakhir ini. seorang gadis dengan senyum lebar menyambut kedatanganku. Pipinya yang lesung menutupi corak bibirnya yang agak tebal. Kulihat dia sendirian, berarti aku aman dari ancaman. Namun aku harus cepat – cepat dan tak boleh bertele – tele.
“Ehm... assalamu’alaikum....”
“Wa’alaikumussalam.... akhirnya datang juga? Kirain gak mau datang.” Sambutnya dengan wajah yang ceria memerah dengan tahi lalat tepat di atas bibirnya.
“Iya,,, maaf ya tadi ada sedikit kendala soalnya. Aku harus menyelesaikan tugas rutinitasku. Maaf ya...” Aku sedikit berbasa – basi untuk mengurangi kekakuanku.
“Iya deh gak apa – apa kok, aku malah senang akhirnya kamu bisa datang juga. Kirain kamu itu bener – bener gak bisa datang, aku sempat putus asa tapi untungnya aku mau bersabar dan menunggu. Ternyata kamu datang.”
“Iya,, sebenarnya aku ada yang mau diomongin sama kamu Ti”
“Mau ngomong apa?? Ngomong aja kalii... kamu tahu gak, aku itu sudah menunggu saat – saat seperti ini. Selama ini kamu itu sulit sekali aku temui, selalu saja ada kesibukan. Bahkan untuk ngobrol sebentaar saja tidak bisa. Aku sampai hampir putus asa tau untuk mendekati kamu. Jujur saja ya,, aku itu suka sama kamu. Apa kamu tidak mengerti itu?.......................”
“Ssssebentar Ti... jangan dilanjutkan dulu omonganmu. Dengerin aku dulu ya. Nanti Insya Allah kamu akan mengerti. Aku tahu kamu menyukaiku dan itu tidak apa – apa. Aku datang kesini bukan untuk menerima cintamu yang sering kau kirimkan kepadaku. Aku datang kesini untuk menjelaskan suatu hal penting padamu Ti..”
“Apa? Jangan membuat aku menjadi sedih donk, kamu tega banget sih sama wanita seperti ini. Memangnya apa yang ingin kamu jelaskan?”
“Jangan sedih dulu Ti,, maaf jika aku menyakitimu tapi akan lebih sakit lagi jika aku membohongimu kan?. Begini Ti, kamu tahu kan kalau selama ini aku tidak pernah memiliki pacar bahkan aku tidak pernah terbesit dalam hatiku untuk berpacaran. Bagiku berpacaran hanyalah membuang – buang waktu saja, gak penting banget pacaran itu. Itu yang pertama. Dan aku merasa nyaman dengan keadaanku yang tidak mau mengambil risiko berpacaran.”
“Teruss...???”
“Terus kamu perlu tahu juga, bahwa di dalam agama kita itu pacaran dilarang oleh Allah. Kamu beragama Islam kan? Kalau kamu masih mengaku beragama islam maka kamu juga harus menjauhi tuh yang namanya pacaran!
Allah itu sangat membenci orang yang berpacaran karena itu adalah bentuk kemaksiatan yang nyata.”
“Iya,, aku beragama islam. Tapi bagaimana bisa menikah jika tanpa berpacaran? Dengan pacaran kita kan akan jadi lebih mengenal satu sama lain. Termasuk pasangan kita.”
“Menikah itu tidak mesti harus berpacaran. Banyak pasangan – pasangan suami istri yang berbahagia padahal mereka tidak pernah berpacaran sebelumnya. Malahan yang banyak bercerai dan berantakan keluarganya adalah mereka yang berpacaran sebelum menikah. Kamu sadar gak?”
“Iya siihh... tapi apakah kamu akan terus seperti ini kepada semua wanita? Aku tetap tidak bisa melupakanmu. Harapanku tadi dengan kedatanganmu kesini adalah kamu mau menerima cintaku. Tapi ternyata kamu begini....”
“Sekali lagi maaf. Tapi inilah yang terbaik. Aku tidak mau memberikan harapan kosong kepadamu dengan diamku. Aku tidak akan menerima cintamu dan juga cinta dari wanita manapun selama mereka mengajakku untuk bermaksiat kepada Allah dengan berpacaran.”
“Benar kata teman – temanku, ternyata kamu memang berbeda. Jika alasanmu menolak cintaku karena itu maka aku tidak akan menyesal mencintaimu. Aku tahu kamu adalah laki – laki yang baik. Aku senang bisa mengenal dan mencintaimu. Tapi apakah ada harapan kedepannya kita bisa menjadi suami istri?”
“Wallohu a’lam. Jangan ngomong ke arah situ dulu. Mending sekarang kita perbaiki diri dulu, instrospeksi dan terus berbenah. Agar kita layak memiliki pasangan yang terbaik.
Ingat Ti,, wanita baik – baik hanya untuk laki – laki yang baik – baik pula. Jadi kalau kamu kepingin mendapatkan pasangan yang baik – baik, kamu harus memperbaiki diri mulai sekarang.”
Mukan Isti mulai merah menyala – nyala. Aku tahu dia menahan malu yang sangat luar biasa. Namun karena saat itu tak banyak orang yang melihat sehingga rasa malunya masih bisa terjaga.
“Maafin aku ya mas, telah mengganggu kamu. Ternyata mas memang laki – laki yang baik. Sekali lagi maaf.”
“Iyaa,,, dimaafkan kok. Sudah ya aku masih banyak urusan neh.”
“Mau kemana lagi mas?” Matanya semakin berkaca – kaca. Es yang mencair akan segera mengalir. Namun aku yakin itu adalah air mata yang mendinginkan perasaannya.
“Aku mau urusan lain. Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumussalam,, hati – hati ya mas..”
Selesai sudah urusanku dengan seorang gadis yang menggoda. Ternyata Allah selalu memudahkan aku dalam menghadapi urusan seperti ini.
Aku sering merasa heran juga, mengapa terkadang teman – teman yang lain kok sepertinya sangat sulit sekali melepaskan diri dari wanita. Mereka itu terlalu menakutkan sesuatu hal yang sesungguhnya tak pernah terjadi. Padahal mereka adalah orang islam. Pengemban dakwah. Tapi menghadapi wanita seperti itu saja masih banyak pertimbangan. Hingga terkadang mereka malah meninggalkan idealisme islamnya hanya demi wanita.
Naluri lelaki memang selalu cenderung untuk lebih dekat dengan wanita. Namun sebagai pengemban dakwah, tidak sepantasnya kita lebih mementingkan naluri ketimbang iman. Wanita lebih menghargai kejujuran daripada kepalsuan, meskipun itu pahit. Tapi sepahit apapun itu, wanita juga adalah manusia yang memiliki akal. Dengan akalnya dia bisa menerima segala hal dengan kuat.
Wanita juga lebih menyukai laki – laki yang kuat memegang prinsipnya. Bukan laki – laki yang lemah dan kalah terhadap perasaan. Karena laki – laki yang kalah dengan perasaanya cenderung plin – plan. Sedangkan yang memiliki prinsip, dia lebih visioner.
So jangan kalah dengan perasaan. Jadilah orang yang berbeda. Seperti aku. ^_^

--selesai--

1 comment:

Post a Comment

Kalau sudah baca, silakan berkomentar ya...!!