Aku mendengar kabar bahwa temanku di kampung akan segera melaksanakan pernikahan. Dia adalah temanku waktu SD. Setelah lulus SD kami melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda. Hingga aku lulus SMA kami sudah tidak pernah bertemu lagi. Aku melanjutkan kuliah di jakarta dan kudengar dia tetap berdiam diri di kampung.
Tak percaya rasanya kalau dia mau menikah, akhirnya aku menelpon orang tuaku di kampung. Sekedar memastikan kebenaran berita yang aku dengar.
“Alhamdulillah bu kalau memang benar mereka mu menikah. Daripada pacaran terus kan malah nambah banyak dosa. Semoga dengan pernikahan ini mereka jadi terbebas dari kemaksiatan”
“Iya nak, semoga ini bisa menjadi jalan pahala buat mereka. Karena selama ini mereka memang terlihat lengket banget.”
“Oya bu, sebenarnya aku kaget lho denger mereka mau menikah. Kan si Dito belum kerja. Kok bisa mereka tiba – tiba memutuskan menikah?”
“Itu dia masalahnya nak, ya kamu tahu sendiri lah anak – anak jaman sekarang. Kalau udah berpacaran sering lupa diri. Mereka kalau pacaran sudah lengketnya minta ampun. Mungkin lengketnya perangko aja kalah sama mereka. Akibatnya ya sudah bisa ditebak. Pacarnya hamil duluan. Orang tua yang kelabakan.”
“Masya Allah bu, jadi mereka menikah karena kecelakaan?”
“yang ibu dengar sih seperti itu. kemarin ibu sempat berkunjung ke rumah Ani, dan memang ibu lihat perutnya sudah semakin membesar. Ibu cuman bisa mengelus dada melihatnya nak. Mereka itu seperti tidak tahu malu lagi. Oya nak, kamu mau pulang apa tidak? Ya sekedar melihat teman masa kecilmu menikah disini.”
“Ndak tahu nih bu, aku masih sibuk disini. seperti biasa aja ya bu, kalau aku ndak bisa pulang. Nitip, hehe...”
“Huffhh dasar kamu itu nak, mbok ya pulang dulu... kan ibu juga kangen pingin lihat kamu. Kan sudah hampir setahun kamu ndak pulang.”
“Iya insya Allah diusahakan kok bu. Aku juga kangen sama ibu. O iya bapak dimana bu? Kok aku ndak dengar suaranya.”
“Bapakmu lagi di ladang nak. Mungkin nanti siang jam dhuhur baru pulang.”
“Ohh,, tapi pada sehat kan semua keluarga di kampung bu?”
“Iya alhamdulillah kita semua sehat – sehat disini.”
“Syukur deh bu,
Bu,, sudah dulu ya, soalnya aku mau nyelesain tugas dulu. Ini tugasnya masih numpuk banyak banget. Salam aja buat semua di kampung bu.”
“Yaudah kalo begitu, hati – hati ya kerjanya. ingat sholat ya nak, jangan sampai ditinggal.”
“Iya buu,, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam”
Aku sudah menduga pasti ada sesuatu hal yang tidak beres dengan pernikahan temanku itu. ternyata dugaanku benar, mereka menikah karena “kecelakaan”. Sebuah pernikahan untuk menutupi perzinahan panjang diantara mereka.
Memang sepertinya hal seperti itu kini sudah bukan hal yang tabu lagi di masyarakat. Kata orang sekarang jaman sudah edan, kalau tidak ikutan edan tidak kebagian. Sebuah prinsip hidup yang aneh.
--00—00—00—
Tanpa terasa pernikahan temanku sudah tinggal dua hari lagi. Sepertinya aku tak bisa pulang menyaksikan “kebahagiaan” mereka di pelaminan. Karena pekerjaanku masih benar – benar banyak, ditambah tugas – tugas kampus yang menunggu. Pasti mereka juga memaklumi ketidakhadiranku. Lagipula aku sudah berpesan agar ibu menjadi “wakil” untuk memberikan support kepada mereka.
Jam makan siang tiba. Aku bergegas menuju ke masjid kantor untuk menunaikan sholat dhuhur. Sebuah pesan masuk ke telepon genggamku.
“Assalam bro, gimn kabar? Mash ingt ma aq kan, ne aq Joni tmn SMA dlu”
“Wa’alaikmslm. Alhmdllh kbr baik, ya msh donk. Skrg dmn neh?”
“Aq kerja di jakrt bro, km kuliah smbl kerja ya? Wahh udh sukses ya skrg?”
“Ah,, biasa aj kali.. oya ad ap neh tumbn sms?”
“aq mo ngsh tw klo Iwan tmen skelas qt mo nikah lusa. Qt smua diundang.”
“Alhmdllah,, sma siapa? Insya Allah klo gak sibk aku dtng.”
“Ama cp lg klo bukn pcrnya.. itu loh si Nina,, adik kls yg sering dgodainya..”
“Ohh,, kok bsa,, kan Nina blm lulus..?”
“yah,, biasa lah,,, kayak gak tau aj.. ank muda”
“ooh,, paham..”
“Datng ya..”
“mang dmn respsinya?”
“Di rmhnya lah..”
“Insya Allah, ne mo sholat dlu, dilanjt nnti ya..”
Belum selesai kasus teman SD ku, kini teman SMA melakukan hal yang sama. Masya Allah, sekacau inikah dunia saat ini. mungkin benar kata orang – orang. Dunia kini sudah menjadi edan, tapi aku tak mau ikut – ikutan edan. Biar orang seluruh dunia pada edan semua, pokoknya aku gak bakalan ikut jadi edan seperti mereka. Naudzubillah.
Entah mimpi apa aku semalam. Hari ini aku mengetahui dua orang temanku menikah karena berzina. Sebenarnya aku merasa kasihan dengan mereka. Tapi aku tak mampu berbuat banyak.
Pernah aku mengingatkan orang yang sedang berpacaran, tapi malah aku yang dimarahi mereka. Dibilang mengganggu privasi orang lah, dibilang sok alim lah, dan lain sebagainya. Pokoknya mengingatkan mereka itu malah membuat kita malu sendiri.
Bahkan ketika ada sekelompok orang yang berusaha membubarkan orang yang berpacaran. Eh malah diajak berantem dan akhirnya mereka jadi tawuran. Yang disalahkan tidak lain dan tidak bukan malah kelompok yang mengingatkan. Sungguh aneh dunia jaman sekarang. Orang yang baik jadi salah dan orang yang jelas – jelas salah malah dibela mati – matian.
---000---000---000---
Sebulan berlalu. Tak satupun undangan teman yang aku datangi. Bukan karena aku tak mau datang. Tapi memang karena kesibukan. Selain itu jarak yang ditempuh juga jauh.
Tapi kali ini kayaknya lebih parah dibanding kemaren. Pagi ini aku mendapatkan lima pesan dari orang yang berbeda. Mereka semua mengabarkan kalau teman – teman akan segera menikah.
Pesan pertama datang dari Ari. Teman sekelas waktu SMP. Dia adalah gadis yang cantik, waktu sekolah dulu sempat jadi rebutan cowok – cowok. Hingga mereka semua pada berantem hanya gara – gara dia.
Kini dia dikabarkan telah hamil sebelum menikah. Dan seminggu lagi akan segera menikah dengan orang yang menghamilinya. Parahnya laki – laki itu katanya gak mau ngaku kalau dia yang menghamili Ari, karena dia melayani banyak cowok. Sialnya dia yang didesak hingga akhirnya dia mau menikahinya.
Pesan yang kedua datang dari Si boy. Anak ganteng yang sering jadi rebutan pas SMP. Dia dikabarkan telah menghamili anak pak lurah, sehingga sempat dikeroyok warga. Dia diminta bertanggungjawab untuk menikahinya. Akhirnya dia mau menikahi anak pak lurah tersebut. pernikahanya tinggal dua hari lagi.
Pesan yang ketiga lebih parah lagi. Si Utri yang dulu sempat menikah dengan seoran lelaki, yang pernikahannya juga karena “kecelakaan” kini dia dikabarkan menikah lagi. Padahal suami pertamanya masih ada dan belum bercerai. Suami pertama Utri sekarang lagi mendekam di balik jeruji penjara akibat terkena kasus narkoba.
Utri menikah lagi karena ketahuan hamil. Malahan sekarang anaknya sudah lahir. Si laki – laki yang menghamilinya dengan gagah berani menyatakan diri bertanggungjawab dan siap menikahi Utri. Hal ini memperparah hubungan orang tua Utri dengan orang tua dari suami pertamanya.
Namun angin tetap berhembus. Akhirnya sang laki – laki yang berjiwa “gentelmen” tetap menikahi Utri. Dengan tanpa rasa malu sedikitpun ijab qobul terlakasana dengan penuh hikmat. Warga masyarakat hanya bisa bergunjing dibelakang tanpa bisa berbuat apa – apa.
Ini pertama kalinya dalam hidupku menjumpai wanita yang memiliki dua suami. Sungguh luar biasa. Entah apa yang terjadi nanti jika suami pertamanya terbebas dari penjara.
Kabar keempat datang dari teman sekampung. Dia mengabarkan bahwa Si Ugi anak yang baru “kemarin sore” juga mau menikah. Hal itu karena Ugi kepergok oleh salah seorang warga sedang “bercinta” dengan tetangga sebelahnya di bawah pohon pisang.
Orang tua dari gadis yang “dilucuti” oleh Ugi tidak terima karena anaknya itu masih kecil. Hal inipun sempat jadi masalah di desa itu. pertemuan antar keluargapun diadakan di rumah pak RT. Akhirnya keduanya sepakat untuk menjodohkan kedua anak mereka yang masih kecil. Mereka bingung apa yang harus diperbuat kepada anak mereka yang masih kecil. Oleh karena itu “mau tidak mau” mereka harus menikah. Secepatnya.
Kabar kelima lebih tragis lagi. Teman SMA ku yang kini bekerja di kalimantan dikabarkan telah tewas. Kabar itu aku dapatkan dari kakakku yang juga tinggal di kalimantan.
Kejadian itu bermula ketika temanku itu memiliki pacar orang dari suku dayak. Menurut kabar yang terdengar, temanku itu sempat menjanjikan akan menikahi gadis itu. hingga sang gadis yang masih lugu itu mau menyerahkan apa saja pada temanku.
Ibarat kucing yang dikasih ikan. Temanku memanfaatkan kesempatan “bersenang – senang” itu dengan sebaik – baiknya. Hingga akhirnya sang gadis dayak itu hamil besar.
Mengetahui anak gadisnya hamil, maka orang dayak itu menuntut temanku itu untuk bertanggungjawab. Menurut adat dayak, seorang laki – laki yang akan menikahi gadis dayak maka dia harus membayar sejumlah uang yang tidak sedikit. Waktu itu temanku harus membayar uang sebesar 10 juta.
Karena temanku baru saja bekerja di sebuah perusahaan, maka dia tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Karena selalu didesak akhirnya temanku kabur dan menghilang.
Tak lama kemudian diketahui temanku hanya tinggal sejarah. Dia sudah tiada.
Semua kejadian tersebut semakin membuat aku miris. Ternyata aku hidup di jaman yang sangat tidak karuan. Sulit rasanya mencari orang yang benar – benar istiqomah memegang agama.
Aku sendiri jadi merasa khawatir. Dengan keadaan seperti ini, masih adakah orang yang baik untukku. Aku bertanya – tanya dalam hati. Aku khawatir semua orang telah terbawa arus “edan” yang sekarang menerpa mereka. Hingga tak tersisa jejak – jejak kesholehan manusia pada saat ini.
Aku memutuskan untuk ijin cuti kepada kantorku. Aku ingin pulang ke kampung menenangkan diri. Mendengar kabar yang seperti itu membuat aku merasa tidak aman dalam kehidupan ini.
Sesampainya di kampung, aku lihat ke sekeliling tempat tinggalku. Ternyata keadaan tak banyak berubah. Hanya saja manusianya yang mungkin berubah. Berubah menjadi tamak dan serakah. Yang mereka utamakan hanyalah nafsu dunia yang membara. Tak peduli aturan – aturan yang berlaku.
Aku duduk di beranda bersama ibuku.
“Nak, teman – temanmu yang seangkatan sama kamu sudah pada nikah semua loh, apa kamu ndak kepikiran untuk menikah?”
“Ya,, pikiran sih ada bu, cuman aku belum siap untuk sekarang mah..”
“Emangnya kenapa? Ndak apa – apa kok kalau kamu menikah sekarang juga. Ibu siap menimang cucu lagi.”
“Ah ibu,, aku ini masih mau menyelesaikan kuliah dulu bu,, kalau sudah selesai insya Allah baru kepikiran”
“Kalau masalah calon istri jangan khawatir nak, bapakmu sudah menyiapkan buat kamu katanya.”
“Lho,,, kayak aku ndak bisa nyari aja bu, pake disiapin segala.... aku mau yang sesuai dengan pilihanku aja bu.”
“Ya,, kan cuman opsional saja toh nak,, keputusan tetap ada sama kamu,, kami cuman membantu. Katanya dulu kamu kepingin gadis yang sholeha, tidak banyak bergaul dan rajin mengaji. Ini bapakmu sudah nemu yang pas katanya”
“Iya sih,, ya terserah kedepannya aja deh bu,, aku juga harus lihat dulu apakah dia memang gadis baik – baik apa bukan. Kan sekarang ini jamannya – jaman edan toh bu?
Maunya kalau menikah itu harus pacaran dulu. Harus hamil dulu baru nikah. Ini kan namanya edan kan?”
“Iya nak, ibu juga khawatir kamu seperti itu. sekarang sepertinya rasa malu itu sudah benar – benar langka.
Kalau dulu jamannya ibu masih muda, hamil duluan itu adalah suatu aib yang sangat memalukan. Tapi sekarang kok malah jadi tren. Ibu juga heran. Jaman begitu cepat berubah.”
“Itu semua karena tidak ada hukuman yang membuat mereka takut bu,, mereka menganggap enteng masalah seperti itu, karena konsekuensinya terlalu enak. Masa udah berzina malah dinikahkan, itu kan namanya menyalahi aturan. Sehingga hasilnya ya seperti ini bu, kacau.
Coba kalau para pezina itu dihukum cambuk atau rajam. Pasti mereka tidak akan berzina terus karena mereka takut akan hukuman itu.”
“Iya juga ya nak, sekarang hukumannya terlalu enak buat para pezina.”
“Makanya harus ada sangsi tegas dari negara. Kalau sudah negara yang memberikan hukuman kan tidak ada yang bakal berani melawan. Iya kan bu?”
“Betul itu nak, tapi negara sekarang kayaknya sulit. Karena dari atas sampai bawahnya sudah kacau. Sistemnya yang kacau, sehingga untuk menerapkan hukuman seperti itu tidak bisa nak. Banyak orang – orang pinter yang ngeyel.”
“Ya makannya kita harus berjuang bu,, agar hidup kita berubah. Tidak banyak perzinahan lagi di daerah kita. Negaranya juga harus berubah bu,, biar selaras.”
“Iya juga yah nak, kok kamu pinter sih nak.”
“Kan sekolah bu,, hehe....”
“O iya yah..... jadi..... kapan nikahnya?? Hehe...”
“Hmmmhhh.... itu lagi,,,,,”
--selesai--
Tak percaya rasanya kalau dia mau menikah, akhirnya aku menelpon orang tuaku di kampung. Sekedar memastikan kebenaran berita yang aku dengar.
“Alhamdulillah bu kalau memang benar mereka mu menikah. Daripada pacaran terus kan malah nambah banyak dosa. Semoga dengan pernikahan ini mereka jadi terbebas dari kemaksiatan”
“Iya nak, semoga ini bisa menjadi jalan pahala buat mereka. Karena selama ini mereka memang terlihat lengket banget.”
“Oya bu, sebenarnya aku kaget lho denger mereka mau menikah. Kan si Dito belum kerja. Kok bisa mereka tiba – tiba memutuskan menikah?”
“Itu dia masalahnya nak, ya kamu tahu sendiri lah anak – anak jaman sekarang. Kalau udah berpacaran sering lupa diri. Mereka kalau pacaran sudah lengketnya minta ampun. Mungkin lengketnya perangko aja kalah sama mereka. Akibatnya ya sudah bisa ditebak. Pacarnya hamil duluan. Orang tua yang kelabakan.”
“Masya Allah bu, jadi mereka menikah karena kecelakaan?”
“yang ibu dengar sih seperti itu. kemarin ibu sempat berkunjung ke rumah Ani, dan memang ibu lihat perutnya sudah semakin membesar. Ibu cuman bisa mengelus dada melihatnya nak. Mereka itu seperti tidak tahu malu lagi. Oya nak, kamu mau pulang apa tidak? Ya sekedar melihat teman masa kecilmu menikah disini.”
“Ndak tahu nih bu, aku masih sibuk disini. seperti biasa aja ya bu, kalau aku ndak bisa pulang. Nitip, hehe...”
“Huffhh dasar kamu itu nak, mbok ya pulang dulu... kan ibu juga kangen pingin lihat kamu. Kan sudah hampir setahun kamu ndak pulang.”
“Iya insya Allah diusahakan kok bu. Aku juga kangen sama ibu. O iya bapak dimana bu? Kok aku ndak dengar suaranya.”
“Bapakmu lagi di ladang nak. Mungkin nanti siang jam dhuhur baru pulang.”
“Ohh,, tapi pada sehat kan semua keluarga di kampung bu?”
“Iya alhamdulillah kita semua sehat – sehat disini.”
“Syukur deh bu,
Bu,, sudah dulu ya, soalnya aku mau nyelesain tugas dulu. Ini tugasnya masih numpuk banyak banget. Salam aja buat semua di kampung bu.”
“Yaudah kalo begitu, hati – hati ya kerjanya. ingat sholat ya nak, jangan sampai ditinggal.”
“Iya buu,, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam”
Aku sudah menduga pasti ada sesuatu hal yang tidak beres dengan pernikahan temanku itu. ternyata dugaanku benar, mereka menikah karena “kecelakaan”. Sebuah pernikahan untuk menutupi perzinahan panjang diantara mereka.
Memang sepertinya hal seperti itu kini sudah bukan hal yang tabu lagi di masyarakat. Kata orang sekarang jaman sudah edan, kalau tidak ikutan edan tidak kebagian. Sebuah prinsip hidup yang aneh.
--00—00—00—
Tanpa terasa pernikahan temanku sudah tinggal dua hari lagi. Sepertinya aku tak bisa pulang menyaksikan “kebahagiaan” mereka di pelaminan. Karena pekerjaanku masih benar – benar banyak, ditambah tugas – tugas kampus yang menunggu. Pasti mereka juga memaklumi ketidakhadiranku. Lagipula aku sudah berpesan agar ibu menjadi “wakil” untuk memberikan support kepada mereka.
Jam makan siang tiba. Aku bergegas menuju ke masjid kantor untuk menunaikan sholat dhuhur. Sebuah pesan masuk ke telepon genggamku.
“Assalam bro, gimn kabar? Mash ingt ma aq kan, ne aq Joni tmn SMA dlu”
“Wa’alaikmslm. Alhmdllh kbr baik, ya msh donk. Skrg dmn neh?”
“Aq kerja di jakrt bro, km kuliah smbl kerja ya? Wahh udh sukses ya skrg?”
“Ah,, biasa aj kali.. oya ad ap neh tumbn sms?”
“aq mo ngsh tw klo Iwan tmen skelas qt mo nikah lusa. Qt smua diundang.”
“Alhmdllah,, sma siapa? Insya Allah klo gak sibk aku dtng.”
“Ama cp lg klo bukn pcrnya.. itu loh si Nina,, adik kls yg sering dgodainya..”
“Ohh,, kok bsa,, kan Nina blm lulus..?”
“yah,, biasa lah,,, kayak gak tau aj.. ank muda”
“ooh,, paham..”
“Datng ya..”
“mang dmn respsinya?”
“Di rmhnya lah..”
“Insya Allah, ne mo sholat dlu, dilanjt nnti ya..”
Belum selesai kasus teman SD ku, kini teman SMA melakukan hal yang sama. Masya Allah, sekacau inikah dunia saat ini. mungkin benar kata orang – orang. Dunia kini sudah menjadi edan, tapi aku tak mau ikut – ikutan edan. Biar orang seluruh dunia pada edan semua, pokoknya aku gak bakalan ikut jadi edan seperti mereka. Naudzubillah.
Entah mimpi apa aku semalam. Hari ini aku mengetahui dua orang temanku menikah karena berzina. Sebenarnya aku merasa kasihan dengan mereka. Tapi aku tak mampu berbuat banyak.
Pernah aku mengingatkan orang yang sedang berpacaran, tapi malah aku yang dimarahi mereka. Dibilang mengganggu privasi orang lah, dibilang sok alim lah, dan lain sebagainya. Pokoknya mengingatkan mereka itu malah membuat kita malu sendiri.
Bahkan ketika ada sekelompok orang yang berusaha membubarkan orang yang berpacaran. Eh malah diajak berantem dan akhirnya mereka jadi tawuran. Yang disalahkan tidak lain dan tidak bukan malah kelompok yang mengingatkan. Sungguh aneh dunia jaman sekarang. Orang yang baik jadi salah dan orang yang jelas – jelas salah malah dibela mati – matian.
---000---000---000---
Sebulan berlalu. Tak satupun undangan teman yang aku datangi. Bukan karena aku tak mau datang. Tapi memang karena kesibukan. Selain itu jarak yang ditempuh juga jauh.
Tapi kali ini kayaknya lebih parah dibanding kemaren. Pagi ini aku mendapatkan lima pesan dari orang yang berbeda. Mereka semua mengabarkan kalau teman – teman akan segera menikah.
Pesan pertama datang dari Ari. Teman sekelas waktu SMP. Dia adalah gadis yang cantik, waktu sekolah dulu sempat jadi rebutan cowok – cowok. Hingga mereka semua pada berantem hanya gara – gara dia.
Kini dia dikabarkan telah hamil sebelum menikah. Dan seminggu lagi akan segera menikah dengan orang yang menghamilinya. Parahnya laki – laki itu katanya gak mau ngaku kalau dia yang menghamili Ari, karena dia melayani banyak cowok. Sialnya dia yang didesak hingga akhirnya dia mau menikahinya.
Pesan yang kedua datang dari Si boy. Anak ganteng yang sering jadi rebutan pas SMP. Dia dikabarkan telah menghamili anak pak lurah, sehingga sempat dikeroyok warga. Dia diminta bertanggungjawab untuk menikahinya. Akhirnya dia mau menikahi anak pak lurah tersebut. pernikahanya tinggal dua hari lagi.
Pesan yang ketiga lebih parah lagi. Si Utri yang dulu sempat menikah dengan seoran lelaki, yang pernikahannya juga karena “kecelakaan” kini dia dikabarkan menikah lagi. Padahal suami pertamanya masih ada dan belum bercerai. Suami pertama Utri sekarang lagi mendekam di balik jeruji penjara akibat terkena kasus narkoba.
Utri menikah lagi karena ketahuan hamil. Malahan sekarang anaknya sudah lahir. Si laki – laki yang menghamilinya dengan gagah berani menyatakan diri bertanggungjawab dan siap menikahi Utri. Hal ini memperparah hubungan orang tua Utri dengan orang tua dari suami pertamanya.
Namun angin tetap berhembus. Akhirnya sang laki – laki yang berjiwa “gentelmen” tetap menikahi Utri. Dengan tanpa rasa malu sedikitpun ijab qobul terlakasana dengan penuh hikmat. Warga masyarakat hanya bisa bergunjing dibelakang tanpa bisa berbuat apa – apa.
Ini pertama kalinya dalam hidupku menjumpai wanita yang memiliki dua suami. Sungguh luar biasa. Entah apa yang terjadi nanti jika suami pertamanya terbebas dari penjara.
Kabar keempat datang dari teman sekampung. Dia mengabarkan bahwa Si Ugi anak yang baru “kemarin sore” juga mau menikah. Hal itu karena Ugi kepergok oleh salah seorang warga sedang “bercinta” dengan tetangga sebelahnya di bawah pohon pisang.
Orang tua dari gadis yang “dilucuti” oleh Ugi tidak terima karena anaknya itu masih kecil. Hal inipun sempat jadi masalah di desa itu. pertemuan antar keluargapun diadakan di rumah pak RT. Akhirnya keduanya sepakat untuk menjodohkan kedua anak mereka yang masih kecil. Mereka bingung apa yang harus diperbuat kepada anak mereka yang masih kecil. Oleh karena itu “mau tidak mau” mereka harus menikah. Secepatnya.
Kabar kelima lebih tragis lagi. Teman SMA ku yang kini bekerja di kalimantan dikabarkan telah tewas. Kabar itu aku dapatkan dari kakakku yang juga tinggal di kalimantan.
Kejadian itu bermula ketika temanku itu memiliki pacar orang dari suku dayak. Menurut kabar yang terdengar, temanku itu sempat menjanjikan akan menikahi gadis itu. hingga sang gadis yang masih lugu itu mau menyerahkan apa saja pada temanku.
Ibarat kucing yang dikasih ikan. Temanku memanfaatkan kesempatan “bersenang – senang” itu dengan sebaik – baiknya. Hingga akhirnya sang gadis dayak itu hamil besar.
Mengetahui anak gadisnya hamil, maka orang dayak itu menuntut temanku itu untuk bertanggungjawab. Menurut adat dayak, seorang laki – laki yang akan menikahi gadis dayak maka dia harus membayar sejumlah uang yang tidak sedikit. Waktu itu temanku harus membayar uang sebesar 10 juta.
Karena temanku baru saja bekerja di sebuah perusahaan, maka dia tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Karena selalu didesak akhirnya temanku kabur dan menghilang.
Tak lama kemudian diketahui temanku hanya tinggal sejarah. Dia sudah tiada.
Semua kejadian tersebut semakin membuat aku miris. Ternyata aku hidup di jaman yang sangat tidak karuan. Sulit rasanya mencari orang yang benar – benar istiqomah memegang agama.
Aku sendiri jadi merasa khawatir. Dengan keadaan seperti ini, masih adakah orang yang baik untukku. Aku bertanya – tanya dalam hati. Aku khawatir semua orang telah terbawa arus “edan” yang sekarang menerpa mereka. Hingga tak tersisa jejak – jejak kesholehan manusia pada saat ini.
Aku memutuskan untuk ijin cuti kepada kantorku. Aku ingin pulang ke kampung menenangkan diri. Mendengar kabar yang seperti itu membuat aku merasa tidak aman dalam kehidupan ini.
Sesampainya di kampung, aku lihat ke sekeliling tempat tinggalku. Ternyata keadaan tak banyak berubah. Hanya saja manusianya yang mungkin berubah. Berubah menjadi tamak dan serakah. Yang mereka utamakan hanyalah nafsu dunia yang membara. Tak peduli aturan – aturan yang berlaku.
Aku duduk di beranda bersama ibuku.
“Nak, teman – temanmu yang seangkatan sama kamu sudah pada nikah semua loh, apa kamu ndak kepikiran untuk menikah?”
“Ya,, pikiran sih ada bu, cuman aku belum siap untuk sekarang mah..”
“Emangnya kenapa? Ndak apa – apa kok kalau kamu menikah sekarang juga. Ibu siap menimang cucu lagi.”
“Ah ibu,, aku ini masih mau menyelesaikan kuliah dulu bu,, kalau sudah selesai insya Allah baru kepikiran”
“Kalau masalah calon istri jangan khawatir nak, bapakmu sudah menyiapkan buat kamu katanya.”
“Lho,,, kayak aku ndak bisa nyari aja bu, pake disiapin segala.... aku mau yang sesuai dengan pilihanku aja bu.”
“Ya,, kan cuman opsional saja toh nak,, keputusan tetap ada sama kamu,, kami cuman membantu. Katanya dulu kamu kepingin gadis yang sholeha, tidak banyak bergaul dan rajin mengaji. Ini bapakmu sudah nemu yang pas katanya”
“Iya sih,, ya terserah kedepannya aja deh bu,, aku juga harus lihat dulu apakah dia memang gadis baik – baik apa bukan. Kan sekarang ini jamannya – jaman edan toh bu?
Maunya kalau menikah itu harus pacaran dulu. Harus hamil dulu baru nikah. Ini kan namanya edan kan?”
“Iya nak, ibu juga khawatir kamu seperti itu. sekarang sepertinya rasa malu itu sudah benar – benar langka.
Kalau dulu jamannya ibu masih muda, hamil duluan itu adalah suatu aib yang sangat memalukan. Tapi sekarang kok malah jadi tren. Ibu juga heran. Jaman begitu cepat berubah.”
“Itu semua karena tidak ada hukuman yang membuat mereka takut bu,, mereka menganggap enteng masalah seperti itu, karena konsekuensinya terlalu enak. Masa udah berzina malah dinikahkan, itu kan namanya menyalahi aturan. Sehingga hasilnya ya seperti ini bu, kacau.
Coba kalau para pezina itu dihukum cambuk atau rajam. Pasti mereka tidak akan berzina terus karena mereka takut akan hukuman itu.”
“Iya juga ya nak, sekarang hukumannya terlalu enak buat para pezina.”
“Makanya harus ada sangsi tegas dari negara. Kalau sudah negara yang memberikan hukuman kan tidak ada yang bakal berani melawan. Iya kan bu?”
“Betul itu nak, tapi negara sekarang kayaknya sulit. Karena dari atas sampai bawahnya sudah kacau. Sistemnya yang kacau, sehingga untuk menerapkan hukuman seperti itu tidak bisa nak. Banyak orang – orang pinter yang ngeyel.”
“Ya makannya kita harus berjuang bu,, agar hidup kita berubah. Tidak banyak perzinahan lagi di daerah kita. Negaranya juga harus berubah bu,, biar selaras.”
“Iya juga yah nak, kok kamu pinter sih nak.”
“Kan sekolah bu,, hehe....”
“O iya yah..... jadi..... kapan nikahnya?? Hehe...”
“Hmmmhhh.... itu lagi,,,,,”
--selesai--
No comments:
Post a Comment
Kalau sudah baca, silakan berkomentar ya...!!